Di desa kami akan diadakan pemilihan kepala desa. Karena kepala desa yang lama sudah terlalu tua untuk meneruskan kepemimpinannya, dan tidak mungkin desa ini berjalan tanpa pemimpin. Selama masa-masa pemilihan kepala desa itu muncul orang-orang yang melempar banyak janji, namun karena orang-orang di desa tidak mengenal sebagian dari mereka akhirnya hanya tersisa dua orang yang menjadi calon kepala desa.
Seorang pria berkumis dengan rambut yang mulai botak di bagian depan. Wajahnya menyiratkan ambisi, mulutnya sibuk mengumbar janji yang katanya akan segera terlaksana begitu ia memegang jabatan kepala desa. Sedangkan calon yang lain hanyalah seorang pria dengan rambut yang mulai memutih, tak ada yang bisa membaca pikiran pria itu juga maksudnya mencalonkan diri sebagai kepala desa. Karena ia tidak pernah memberi janji dan tak pernah menjelaskan apa yang ia lakukan kalau ia terpilih menjadi kepala desa.
Sementara pria berkumis sibuk dengan janjinya akan membuat pertanian desa lebih maju lagi si pria berambut putih hanya diam. Sementara si pria berkumis meyakinkan para tetua desa akan membuat desa menjadi desa yang nyaman bagi mereka, si pria berambut putih hanya datang dan menyalami mereka. sementara si pria berkumis menjelaskan proyek-proyek apa saja yang mungkin akan menguntungkan desa, si pria berambut putih hanya menjelaskan keadaan desa yang sekarang dan tersenyum di akhir ceritanya.
Kemudian hari pemilihan kepala desa di mulai. Semua orang sudah mantap dengan pilihannya. Dan aku karena belum mampu memilih hanya bisa memandangi orang keluar dari bilik-bilik yang terbuat dari bambu. Tapi kalau aku bisa ikut memilih aku akan memilih pria berambut putih, dia lebih banyak tersenyum daripada pria berkumis.
Tapi ayah dan ibu mengatakan kalau desa dipimpin oleh pria berkumis maka hasil panen mereka akan lebih banyak. Jika pria berkumis memimpin maka desa akan dikenal oleh lebih banyak orang dan menjadi tempat wisata yang akan menguntungkan masyarakat desa.
Apabila pria berkumis yang berkuasa maka desa akan menjadi tempat yang menyenangkan di usia senja mereka nantinya.
Setelah itu si pria berkumis benar-benar memimpin. Pria berambut putih tidak berada di desa lagi setelahnya. Tapi janji-janji pria berkumis tidak benar-benar terjadi. Seperti es batu janji itu mencair begitu keluar dari lemari es. Petani dikenakan pajak tambahan untuk memulai penanaman kembali, beberapa orang asing datang dan mulai membeli tanah mereka yang seharusnya ditanami tanaman. Ada beberapa orang berbadan besar yang sesekali datang menagih uang pajak ke rumah dan itu membuatku takut, membuat ibu dan ayahku takut.
Orang-orang asing yang bukan berasal dari desa kami mulai merampas tanah dengan uang yang tak seberapa. Mereka berencana membangun sebuah penginapan yang katanya nyaman dan sesuai dengan suasana pedesaan. Mungkin ini yang dimaksud pria berkumis dengan tempat yang nyaman di akhir tua bagi para tetua, entah itu sesuai dengan janjinya atau tidak.
Tapi penginapan itu berdiri di tanah yang seharusnya memberi makan para masyarakat desa. Beberapa dari petani yang tanahnya sudah terbeli terpaksa pergi dari desa karena yakin kalau uang mereka tidak bisa terus digunakan apabila mereka tidak mengolah tanah. Mereka memilih pergi dan membeli tanah di desa sebelah, untuk terus hidup katanya.
Sementara ayah dan ibu serta beberapa orang lain yang tidak mau menjual tanahnya dikenakan pajak yang lebih tinggi setiap mereka memulai penanaman yang baru. Seperti memaksa mereka untuk melepas tanah yang mereka miliki untuk diubah menjadi penginapan.
Pria berkumis itu berbohong. Janji-janjinya adalah kebohongan yang dibuatnya. Semua itu membuat masyarakat geram dan mengangkat alat pertanian mereka ke udara. Pacul dan arit terangkat ke udara mengalahkan pria-pria besar yang awalnya terlihat menakutkan tapi lari terbirit-birit begitu melihat amarah warga desa. Begitu juga si pria berkumis.
Setelah pria berkumis pergi beberapa orang berebut untuk menjadi kepala desa, mereka merasa lebih pantas dan lebih baik dari si pria berkumis. Selama berhari-hari terjadi pertarungan tidak terlihat yang hanya melibatkan kata-kata dan janji-janji di udara.
Janji yang membuat masyarakat desa pun muak mendengarnya.
Dan ketika hari pemilihan kepala desa diulang tak ada yang datang untuk memilih karena terlalu lelah mendengar janji yang dibuat oleh calon-calon baru. Akhirnya desa kosong tanpa kepala desa untuk beberapa saat.
Tapi masyarakat desa kehilangan sosok pemimpin dan mulai kebingungan, tentang bagaimana caranya mereka mengurus KTP atau surat nikah atau surat cerai. Mereka kebingungan harus meminta tolong kepada siapa, tak ada kepala desa diantara mereka dan tak ada seseorang yang menjadi sosok pemimpin.
Desa kehilangan pemimpinnya. Beberapa orang memilih pergi meninggalkan desa dan mencari desa lain dengan pemimpin yang baik. Desa menjadi lebih sepi tapi ayah dan ibu tetap berada di desa. Lalu aku bertanya apakah kalian menyesal telah memilih pria berkumis?
Lalu mereka menjawab tidak, mungkin ini pelajaran agar desa ini bisa melihat siapa yang bisa benar-benar bertahan di situasi seperti ini.
Kemudian beberapa hari berlalu dan si pria berambut putih kembali. Aku bertanya kepadanya, kenapa ia meninggalkan desa.
Dia menjawab karena ternyata masyarakat desa ini lebih mudah dibohongi. Dan ia tidak ingin berada diantara orang-orang yang mudah dibohongi karena hal itu akan membuatnya terjebak dalam kebohongan juga.
Lalu aku bertanya kenapa dia kembali.
Dia menjawab, karena dia ingin menyelamatkan orang-orang yang masih bertahan di dalam keadaan yang sulit tanpa meninggalkan tanggung jawabnya untuk desa ini.
Kemudian si pria itu mengusulkan diri menjadi kepala desa. Dan kami ingat bagaimana ia tidak pernah memberikan janji kepada kami, kami mencoba percaya padanya, bukan pada janji-janjinya.
Dan pria berambut putih itu membuktikan kalau dirinya bisa dipercaya. Bukan janji-janjinya.
0 komentar :
Posting Komentar