Tok tok tok—Tok tok tok—
Aku berusaha membuka mata begitu mendengar suara pintu yang diketuk berkali-kali.Sebelum berdiri untuk membuka pintu, aku lebih memilih untuk diam sejenak disudut tempat tidur. Istilahnya mengumpulkan nyawa.
"Yes! Buka!"
Suara itu. Ada apa pula.
Pintu berderit saat kubuka.Di depan pintu sudah berdiri Linda dan Fian dengan senyum yang mencurigakan. Pasti ada apa-apanya nih.
"Kenapa?" tanyaku dengan suara sengau, mulutku terbuka lebar. Menguap. Masih harus tidur lagi setelah meladeni dua manusia ini.
Linda menepuk mulutku dengan kesal. "Cewek kalau nguap tuh ditutup," tegurnya.
Aku memasang wajah cemberut dan hendak menutup pintu lagi sebelum Fian menahan pintu dengan kakinya. "Eits Yes jangan ngambek dong. Kita mau ngajakin kamu nih."
Aku menatap wajah Fian. Lalu Linda. Kemudian menangkap tas SLR kesayangan Fian yang berada di tangan kirinya. Ah pasti hal yang aneh-aneh lagi. "Jam berapa sekarang?"
"Jam setengah 1," jawab Linda setelah melirik jam tangannya yang tersembunyi di dalam lengan jaket coklat yang dikenakannya. "Udah ikutan aja."
Aku mendengus. "Terakhir kali kita hunting foto ada hantu cewek ngikutin kamu Lin gak kapok apa?" jariku menunjuk wajahnya.
Linda menggeleng polos. "Yang bisa lihat kan kamu."
Fian menarik tanganku. "Udahlah ikut aja. Kali ini tempatnya lebih seru."
"Kemana? Lawang Sewu? Udah biasa kali. Disana hantunya itu-itu aja," tebakku malas.
Fian menggelengkan kepala yakin.
Jadi disinilah kami di tengah kota Semarang. Center kota selain lapangan simpang lima yang biasanya dibuat trek latihan mobil. Tugu muda.
"Sumpah ya. Kalian kalau milih tempat tuh--" kami berjalan menyebrangi jalanan yang sudah sepi menuju tugu peninggalan yang sudah berdiri selama puluhan tahun. Fian yang berjalan paling depan sudah mengalungkan SLR nya di dada. Siap menjepret sesuai aba-aba.
"Kenapa? Banyak Yes?"
Aku memutar pandangan. Dari kolam sampai ke padang rumput kecil yang di kelilingi oleh pagar tanaman hingga di jalan masuk menuju kawasan tugu muda. Ada saja mahluk yang memandangiku balik dengan tatapan penuh kecurigaan. Walaupun sudah terbiasa tetap saja membuat bulu kuduk merinding. Beberapa anak kecil berlari riang mengejar satu sama lain.
"Lumayan sih. Kenapa disini?"
"Gak tau tuh idenya si Fian," Linda menunjuk Fian dengan dagunya, orang yang ditunjuk sibuk dengan SLR dan menjepret sembarangan.
Aku bisa melihat Linda menembus sesuatu tadi. Ah sial kalau aku memberitahunya pasti dia akan mengintetograsi tentang bentuk mahluk yang di lewatinya.
Aku memilih untuk duduk di pinggir kolam bersama Linda. Cahaya lampu dipantulkan oleh air mancur. Aku berbalik sejenak untuk menikmati cahayanya. Di tempat ini, saat itu hanya tersisa kami bertiga dan seorang gelandangan yang tertidur dengan beralaskan koran.
Jalanan sekitar tugu muda pun senyap hanya beberapa kendaraan yang melaju cepat tanpa mempedulikan warna lampu lalu lintas.
Ada suara sirene ambulan. Sepertinya orang yang sedang sekarat. Sebenarnya membunyikan sirene di jam seperti ini juga bukanlah hal yang efektif.
"Gimana Yes ada kemungkinan kita dapet gak disini?" Fian menghampiri kami berdua. Aku menperhatikan keadaan sekitar jelas ada kemungkinan. "Tuh dibelakangmu ada 1."
Fian membelalakkan matanya. "Eh serius?" Ia langsung berbalik dan menjeprerkan SLR nya. "Gimana bentuknya?"
Aku memperhatikan mahluk besar berwarna hitam dengan rambut.panjang yang menyentuh lantai dia menatapku dengan tatapan tidak suka. Mungkin ia terganggu dengan blitz dan suara jepretan kamera Fian. Tapi tak biasanya ada hantu yang setenang ini dan tidak memilih untuk menjauh.
"Fi, nyari objek lain aja dia gak suka di foto kayaknya," ucapku menghindari tatapan mahluk itu yang mulai menusuk-nusuk.
Fian sibuk dengan jepretannya. Berkali kali ia menjepret. Linda pun sepertinya mulai mengeluarkan hp untuk mengabadikan momen, walaupun jelas tidak semudah itu mendapatkan foto mahluk halus, hanya sebuah keberuntungan—atau kesialan—yang bisa menangkap mereka melalu lensa kamera. "Fi, Lin. Serius cari objek lain yok."
Fian berhenti memotret sembari melihat hasilnya satu persatu. "Eh aku dapet satu nih, tapi kok--"
Linda dan aku bergegas untuk menghanpiri Fian yang pucat pasi memperhatikan hasil jepretannya.
Mahluk yang difoto itu tidak tinggi, besar, tidak pula berwarna hitam. Dia seperti manusia, dengan kepala berdarah, berambut gondrong berantakan, sebagian menempel pada wajahnya karena darah. Aku bisa melihat tangan kanannya yang memegang potongan tangan kirinya dengan kaki yang melayang dari lantai.
"Yang kamu lihat ini Yes?"
Aku langsung memutar pandangan ke segala arah. Aku tidak menemukan sosok itu dimanapun. Sosok hitam besar itu pun masih disana. Lalu siapa?
Linda tiba-tiba membelalakan matanya. Tangannya menunjuk ke arahku dengan gugup. "Yes. Belakang mu."
Aku menoleh perlahan. Sosok gelandangan tadi berdiri dengan mata merah dan pisau di tangan. Aku mundur beberapa langkah begitu juga Linda dan Fian.
"Kalian penagih utang itu kan? Kalian. Kalian!"
Seiring teriakannya gelandangan itu berlari mengejar kami dengan pisau di tangannya. Kami bertiga berpencar tidak karuan. Aku sibuk berlari dengan tangan merogoh tas, mencari pisau yang biasa ku bawa.
Aku tak sempat berbalik ke belakang, melihat apakah gelandangan itu mengejarku atau Linda atau Fian. Aku berputar di sekitaran kolam dan kemudian berbalik dengan tangan terhunus pisau lipat.
Gelandangan itu menghilang.
"Fian!"
Aku bisa mendengar suara rem, tabrakan lalu deru suara mesin yabg dipacu. Kemudian suara lari Linda menuju tengah jalan. Aku berlari menyusulnya sebelum mahluk berwarna hitam itu berdiri dihadapanku dan membuat tubuhku membeku.
Lalu gelap.
Tok tok tok—
Tubuhku tersentak. Suara ketukan pintu membangunkanku. Mimpi tadi serasa nyata bahkan warna darahnya sekalipun.
Aku berusaha untuk mengumpulkan nyawa sekali lagi. Mimpi tadi. Mungkin harus kuceritakan pada Fian dan Linda untuk membuat mereka takut supaya tidak mengambil foto yang aneh-aneh lagi.
Saat ku buka pintu ada Linda dan Fian dengan tas SLR di tangan.
"Mau hunting foto di tugu muda kan? Gak," jawabku mantap. Linda dan Fian menatapku bingung.
"Kok tahu?"
Aku berkedip sekali. Dua kali. Ada sosok di foto itu tepat di belakang Fian. Kali ini dia tersenyum, sudut bibir kirinya dihiasi darah yang sudah mengering.
Aku meneguk ludah.
"Saranku. Mending kalian tidur. Oke?"
Kututup pintu. Kemudian kudengar suara pintu kamar lain ditutup setelah terdengar suara ya udah lain kali aja ya.
Tak ada lain kali. Serius.
4 komentar :
Nah, ini nih horor yang bener-bener horor! Apalagi kalo dibikin film. :D
Overall udah bagus sih, paling cuma beberapa pilihan kata yang sedikit kurang pas. Tapi tetep aja ada bagian yang aku sebagai pembaca awam kurang paham..hehehe.. Jadi, sebenernya apa hubungan antara yang 'besar dan hitam' itu sama gelandangan bermata merah? Trus apa sih 'kesimpulan' dari cerita ini? Apakah si protagonis emang 'diwanti-wanti' buat ga pergi?
Keep up the good work!
51/60
@chococyanide waaaah makasih aku nunggu komen dari kamu lho :3
hubungannya, sebenarnya gak ada. Ya bener semua itu cuma kayak peringatan buat si protagonis aja supaya gak dateng ke tempat itu di waktu itu.
Sekali lagi thanks for komen :))
Wah, cerita horor. Udah lumayan lama ngga baca cerita horor, hehehe.
Hem, buat saya, 'memotret' itu jadi sangat tabu kalo disandingin sama hantu. Apa ya... aku paling ngga mau ngeliat foto hantu. Rasanya jadi tambah seram 2x lipat...
Walaupun dengan ide yang sudah biasa, tapi kamu tetap bisa mengemas cerita ini menjadi menarik. Yang paling seru sih, akhirnya, ya... aku jadi berpikir, mungkin 'sosok itu' sudah mengikuti mereka dari awal ya... hahaha.
Oh ya, ngomong-ngomong soal Lawang Sewu, aku jadi teringat... udah dari lama banget pengen nyoba ke Lawang Sewu, tapi ngga pernah sempet dan ngga pernah berani. Ngga ada yang nemenin juga sih... :p
Kira-kira, selain dua tempat yang kamu sebutin di atas, ada tempat seru lainnya ngga?
Duh, malah jadi tanya-tanya soal tempat hantu gini... hahaha.
@hanin : haha sosok itu emang bener ngikutin mereka dari awal. Ayo-ayo sini hanin ke semarang aku anterin ke lawang sewu~
Kalau di semarang aku gak tahu apalagi. Mungkin kota lama kali ya ._.
Posting Komentar