“Seseorang yang memendam rasa cenderung mengirimkan beberapa
kode. Astaga—aku tidak suka menyebutnya dengan kode, bagaimana dengan pertanda?”
Dia menoleh, laki-laki yang sejak tadi menenggelamkan diri
dalam bacaan tebal . Dia baru saja meminjamnya beberapa jam lalu tapi buku
bersampul cokelat itu sudah tinggal setengah, sisanya sudah menjadi bagian dari
memori otaknya.
“Pertanda terdengar aneh.”
Aku memperhatikan buku ditangannya, dia tidak menutup buku
itu, tetap membiarkannya terbuka lebar tertahan kedua tangannya.
“Tapi kode terdengar murahan.”
Alis kirinya meninggi. Bukunya masih terbuka lebar. Aku
menghela napas, menarik perhatiannya lebih sulit daripada yang kuduga.
“Hanya pendapatku saja, tapi terlalu banyak hashtag kode di
twitter.”
“Apa yang terlalu banyak itu murahan?” tanyanya, kali ini
dengan dahi yang berkerut.
“Bukan tapi—“ aku terdiam sebentar, memperhatikan buku yang
masih terbuka lebar, kedua tangannya masih berada di sisi kiri dan kanan sampul
buku itu. Astaga, apa yang aku pikirkan. “Sudahlah, kode mungkin tidak masalah.”
Aku tidak tahu dia mengerti maksudku atau tidak. Apa dia
meneruskan bacaaanya atau tidak, karena aku memilih untuk memandangi es batu
yang terbentur gelas kaca.
“Hujannya sudah reda.”
Kuangkat kepala, melihat wajahnya yang menatap keluar sana.
“Bukannya ini pertanda?”
Aku masih terdiam menunggu kelanjutan kalimatnya.
“Pertanda kalau seharusnya kita berdua keluar dari café ini
dan menemukan sesuatu yang menyenangkan?”
Mataku tertaut pada buku di tangannya. “Kau yakin?”
“Ini tandanya kan?”
Dia menutup buku itu, sambil tersenyum.
2 komentar :
tetiba cangkir di depan kami bergemelitik.. kami tahu ini bukan hal yang baik. dan seketika kulihat sebuah tangan besar meraihnya dan menariknya keluar dari cafe..
"tidaaak!"
tereteet tereteeet
*OST SnK playing
@Ilham Sasmita mas mbok lanjutin terus dibikin ff SnK kayaknya pas deh ._.
Posting Komentar