Minggu, 11 Desember 2011

Raja Pengeluh


Di sebuah negeri terdapat sebuah kerajaan yang diperintah oleh raja yang sering sekali mengeluh , hingga oleh rakyatnya ia disebut raja pengeluh. Setiap hari sang raja mengeluhkan hal apa saja, mulai dari keadaan rakyatnya hingga rambutnya yang mulai memutih, semua hal ia keluhkan sepanjang waktu sampai para penasihat kerajaan merasa bosan mendengarkan keluhan sang raja.

Kemudian suatu hari datanglah seorang utusan dari kerajaan seberang hendak menyampaikan pesan kepada raja, kerajaan menyambut utusan itu dengan baik begitu pula sang raja pun merasa senang karena kerajaan sebrang membawa hadiah melalui utusannya. Tapi sang utusan yang terus bersama raja selama berada di kerajaan begitu terganggu mendengarkan keluhan raja tentang berbagai hal, tentang musim yang tak menentu, rakyat yang tidak mendapatkan pangan yang cukup, kelaparan dimana-mana, penjahat yang mulai bermunculan, masakan kerajaan yang semakin lama semakin membosankan, pelayan kerajaan yang berwajah tidak ceria, suhu udara yang begitu panas hingga ke masalah kaki raja yang terasa gatal.

Karena tidak tahan mendengar keluhan raja yang tak usai juga akhirnya sang utusan memilih untuk pulang lebih cepat ke kerajaannya dengan meninggalkan pesan di singgasana raja tentang bagaimana terganggunya dirinya mendengar keluhan sang raja.

Raja membaca pesan itu setelah sang utusan pergi dan merasa malu karenanya. Ia tidak tahu kalau segala hal yang telah ia keluhkan membuat orang lain merasa bosan dan terganggu, segera setelah itu sang raja memanggil para penasehat kerajaan menanyakan pendapat mereka tentang sikapnya dan meminta solusi dari mereka.

Tak ada penasehat yang menenukan cara yang tepat untuk menyembuhkan sikap mengeluh raja hingga kemudian raja memutuskan untuk mengadakan sayembara. Sayembara yang disebarkan di seluruh pelosok negerinya membuat banyak orang berbondong-bondong datang ke kerajaan untuk mencoba menyelesaikan kegelisahan raja.

Banyak yang mengusulkan agar raja tidak bicara selama 3-4 hari, raja mencobanya tapi setelah itu semua keluhannya seperti menumpuk di hari ke 5 dan membuat para penasehat kalang kabut karena keluhannya tak berhenti-berhenti juga. Ada yang mengusulkan agar raja harus menahan dan memikirkan segala omongannya sebelum benar-benar di keluarkan tapi dibutuhkan waktu yang sangat lama setelahnya untuk menunggu raja memerintahkan sesuatu dan membuat para penasehat bingung karena yang keluar dari mulut raja hanya potongan-potongan kata yang berjeda setiap lima menit. Banyak rakyat yang datang tapi dengan usul yang mirip hingga semakin sedikit rakyat yang datang untuk mengikuti sayembara dan banyak juga yang menyerah.

Hingga suatu hari datanglah seorang pria yang menyebut dirinya pengelana, ia mendaftarkan diri untuk mengikuti sayembara, ketika raja menanyakan apa usul dari pengelana itu, pengelana menjawab.

"Hamba ingin tinggal berdua saja dengan yang mulia selama 3 hari."

Raja bingung dengan usulan itu tapi akhirnya ia menyanggupi. Selama 3 hari raja dan pengelana tinggal di sebuah pulau yang dipilih oleh pengelana. Dan mulai dari mereka keluar dari istana hingga berada di pulau raja terus mengeluh dan mengeluh, pengelana tidak menanggapi keluhan raja tidak mengiyakan tidak juga membantah seperti yang dilakukan para penasehat dan orang-orang kerajaan.

Mereka tinggal di sebuah gubuk kecil, raja mengeluhkan gubuk yang kotor itu, tapi pengelana menyuruhnya untuk mencari makanan. Ketika sampai di hutan tempat berburu raja mengeluhkan tak ada nya kuda dan kakinya yang lelah berjalan begitu jauh, kemudian pengelana menyuruhnya pulang. Malamnya raja mengeluhkan banyaknya nyamuk dan binatang-binatang yang ia benci berkeliaran disekitar gubuk, pengelana menyuruhnya untuk tidur di tempat lain.

Esoknya raja mengeluhkan dirinya yang kelaparan karena belum makan, pengelana akhirnya menjawab.

"Bukankah yang mulia bilang yang mulia merasa lelah karena tidak ada kuda. Hamba menuruti yang mulia untuk tidak meneruskan perjalanan tapi kita tidak akan mendapatkan makanan karenanya."

Akhirnya sang raja memilih untuk berjalan mencari makanan dan berburu bersama pengelana. Sebelum kembali, pengelana meminta agar raja mencari air terlebih dulu di sumber air dan pengelana kembali ke gubuk terlebih dulu. Sang raja menurut lalu kembali ke gubuk tempat mereka tinggal.

Tapi gubuk itu sudah hancur hingga tak berbentuk lagi. Sang raja yang terkejut menanyakan hal itu pada pengelana. Kemudian pengelana menjawab.

"Bukankah yang mulia mengatakan gubuk ini jelek? Jadi hamba hancurkan saja gubuk ini."

Raja tidak bisa membantah karena memang ia mengeluhkan hal seperti itu dan pengelana melakukan hal yang benar menanggapi keluhannya. Tapi bagaimana mereka tidur nanti malam dan malam selanjutnya. Pengelana menjawab kalau mereka akan tidur di tanah beralaskan dedaunan.

"Bagaimana kalau hujan?"

"Bukankah yang mulia mengharapkan hujan turun? Kemarin yang mulia mengeluhkan cuaca yang begitu terik bukan?"

Beberapa jam sebelum api untuk membakar makanan siap, hujan turun terlebih dulu hingga api tak bisa menyala juga dan raja semakin kelaparan terguyur hujan.

Hujan baru berhenti setelah hari menjelang malam dan raja segera menyalakan api untuk memasak makanan kemudian mereka menikmati makanan itu bersama-sama.

Lalu raja mengeluhkan baju nya yang basah dan kemudian mengganti baju nya dengan baju lain tapi pengelana membuang baju yang basah tadi hingga membuat raja marah dan menanyakan alasan kelancangannya itu.

"Yang mulia mengatakan kalau yang mulia tidak suka pakaian yang basah jadi hamba membuangnya untuk membuat yang mulia merasa tidak terganggu."

Raja tidak bisa membantah ucapan pengelana dan semenjak itu ia mulai menjaga ucapannya. Hingga hari ke tiga mereka kembali ke kerajaan keluhan raja mulai berkurang dan pengelana memenangkan sayembara itu.

Kemudian pengelana diminta untuk tinggal oleh raja menjadi penasehatnya. Tapi sang pengelana menolak dan meninggalkan kerajaan itu setelahnya.

Published with Blogger-droid v2.0.1

0 komentar :

Posting Komentar

Beo Terbang