Minggu, 08 April 2012

Hujan di Lampu Merah


Hujan turun hari ini, bersamaan dengan beberapa orang yang langsung berlari mencari perlindungan dibawah pohon yang rimbun, beberapa pengendara sepeda motor yang menepi.

Seorang anak laki-laki kecil bertelanjang kaki yang memeluk setumpuk koran segera menepi untuk melindungi barang dagangannya, sibuk memasukkan koran-korannya ke dalam plastik dan kembali ke jalanan. Di lampu merah, membiarkan kaos dan celana yang dikenakannya basah. Hujan tak membuatnya berlari pulang ke rumah, karena walaupun hujan turun perutnya yang lapar tak akan peduli. Kaki kecilnya yang tak beralas menyusuri jalanan sembari memerkan sebuah koran yang sudah terbungkus plastik transparan sehingga terlindung dari basahnya hujan, seperti pakaian-pakaian mahal di etalase, koran yang dijualnya pun terpampang dibalik plastik transparan dan semoga saja mampu menarik pembeli. Anak laki-laki kecil itu baru berteduh ketika lampu berubah dari merah menjadi hijau, sembari memeluk koran-korannya dan berharap agar koran yang dijualnya segera habis.

Anak laki-laki itu berteduh bersama dengan seorang wanita berkemeja dan mengenakan rok sepan khas wanita kantoran. Jam makan siangnya sudah habis tepat ketika hujan turun dan dirinya tidak mengira kalau hujan akan turun di musim kemarau yang terik seperti ini, jadi ia tidak membawa payung tidak juga membawa uang yang banyak untuk memanggil taksi. Walaupun kantornya sangat dekat jika ditempuh dengan berjalan kaki, ia merasa tidak bisa berjalan kaki di tengah hujan yang tak kunjung berhenti ini. Kemudian ia sibuk menoleh ke kiri dan kanan berharap siapa saja yang ia kenal, mengenalinya dan menawarkan tumpangan menuju kantor. Dan sejak tadi bibirnya tak berhenti mengeluarkan keluhan kenapa hujan terus turun, kenapa tak segera berhenti, kenapa tak ada yang bisa menjemputnya di saat seperti ini, ia terus menyalahkan hujan dan membiarkan dirinya tenggelam dalam keluhan di tengah hujan yang tak peduli dengan semua perkataannya. Bersamaan dengan itu, sebuah sepeda motor melewatinya dengan kecepatan tinggi, bukan kecepatannya yang bermasalah bagi si wanita, tapi genangan air yang terpencar begitu dilewati oleh roda ban pengendara motor. Wanita itu semakin berang dan memilih untuk melewati zebracross tak peduli pakaiannya basah karena hujan.

Seorang pengendara motor lain memperhatikan wanita berkemeja dan ber-rok sepan dengan pandangan kasian, segalak apa bos wanita itu sampai membiarkan diri sendiri menerjang hujan untuk kembali ke kantor, padahal dengan pakaian basah seperti itu bagaimana caranya bekerja dengan nyaman tanyanya pada diri sendiri. Setelah wanita tadi melewati zebra cross, ia kembali memperhatikan angka di lampu yang terus berkurang nilainya. Tepat disaat yang bersamaan ada sebuah senggolan dorongan dari belakang yang nyaris membuat sepeda motornya menyundul sepeda motor lainnya. Ia menoleh dan bisa melihat seorang wanita pengendara mobil menangkupkan tangan di depan wajah, meminta maaf. Hujan membuatnya malas meladeni, lagipula ia tidak terjatuh karenanya, jadi bukan sebuah masalah yang besar. Lalu matanya kembali tertuju pada lampu lalu lintas.

Wanita pengendara mobil menghela napas panjang, lega, kesalahannya tidak dianggap sebagai sebuah masalah bagi pengendara motor didepannya. Sebuah keberuntungan. Ia memperhatikan jendela yang dihiasi titik air, kemudian bias sinar lampu kendaraan disekitarnya. Tak ada yang salah dengan hujan hari ini, yang salah hanya perasaannya. Ia menyandarkan diri pada jok mobil, melirik seorang anak kecil yang menempelkan koran pada kaca mobil, tangannya meraih beberapa lembaran uang dari dashboard dan menyerahkan lembaran-lembaran uang pada anak laki-laki kecil yang tersenyum gembira karena tak perlu member kembalian. Wanita itu hanya tersenyum kecil, menutup jendela dan kembali menyandarkan dirinya, menutup mata. Lalu terdengar bunyi klakson panjang yang menyadarkannya. Lampu sudah berubah dari merah menjadi hijau. Dengan cepat ia segera memindahkan pijakan dari rem ke gas, meninggalkan lampu lalu lintas ditengah hujan. 


.END.


Oke. Ini mungkin terlalu pendek untuk sebuah cerpen sekalipun dan judulnya agak aneh. Tapi inilah salah satu hasil tulisan di waktu luang ketika rasanya tidur terlalu cepat pun tak enak dihati, walaupun besok kuliah pagi ._.


Semoga menghibur :)


Published with Blogger-droid v2.0.4

2 komentar :

Heri I. Wibowo at: 9 April 2012 pukul 22.19 mengatakan... Reply

Lumayan, bisa buat cerminan dalam belajar nulis

Vanessa Praditasari at: 23 September 2013 pukul 19.08 mengatakan... Reply

@Heri I. Wibowo baru bales komenmu sekarang lho hahahaha~

makasih komennya her~ tulisan bisa dipelajari darimana saja kok :'))))

Posting Komentar

Beo Terbang