Minggu, 25 Mei 2025

Tenang


 

Usianya 30 tahun saat memasuki liang lahat, kata pelayat yang datang terlalu muda, untuk mati tapi kata ibunya dua tahun lalu, terlalu tua untuk melajang.

Dia baru menikah satu tahun lalu—dijodohkan, día merasa baik-baik saja melajang tapi ketenangan hati ibunya menjadi yang utama. Anak perempuan itu pun menurut ketika seorang laki-laki yang lebih tua 9 tahun darinya datang ke rumah dan diperkenalkan sebagai calon suaminya.

Laki-laki terbaik pilihan ibu katanya—

Liang lahat ditutup dan doa-doa yang dipanjatkan berganti dengan bisikan penuh keprihatinan, sungguh sayang ia masih muda, sungguh malang nasibnya meninggal seperti itu, untung dia tak memiliki anak dan pernyataan-pernyataan yang serupa dengungan lebah.

Sang ibu termangu berdiri di samping makam anak pertamanya, apakah hatinya masih tenang setelah anaknya ditutup tanah bertabur bunga, apakah keadaannya akan berubah jika ia tidak meminta anak perempuannya untuk memohon maaf pada suami yang telah membuatnya babak belur.

Laki-laki itu pilihan ibu, tidak mungkin salah. Memohon maaf lah dengan benar.

Itu 3 bulan lalu, setelah itu tak ada kabar lagi sampai seorang polisi datang mengetuk pintu rumah sang Ibu dan bertanya, “Apakah benar ibu orangtua dari—“

Laki-laki pilihan ibu masuk bui, anak perempuan pertama ibu masuk liang lahat, apakah ini ketenangan yang ibu cari?

 

 

0 komentar :

Posting Komentar

Beo Terbang