Aku ingin menceritakan sebuah kisah. Kisah ini muncul saja
dikepalaku seperti sebuah lampu yang tiba-tiba muncul di atas kepala
tokoh-tokoh kartun. Jadi jelas saja kau akan berpikir kisah ini bukan berasal
dari kisah nyata manapun. Tapi—aku jelas tidak menjamin jika ada seseorang yang
memang mengalami hal seperti ini, mirip atau sama sekalipun. Kebetulan itu
terjadi dimana saja termasuk ketika kau membaca cerita ini. Sebuah kebetulan bukan, bisa membaca cerita ini, kau
tidak merencanakan untuk membacanya aku tidak merencanakan untuk menuliskannya.
Biasanya aku menyebut sebuah kebetulan adalah takdir. Anggaplah
seperti itu. Sesuai dengan judul ini takdir lah yang mempertemukan dan
memisahkan mereka.
Mereka siapa? Pasti kau bertanya-tanya padaku.
Sabarlah sedikit aku akan memperkenalkan mereka setelah ini.
Ehem—
Di sebuah kota ada sepasang kekasih. Seorang perempuan dan
laki-laki yang menjalin cinta dan akan melangkah ke jenjang pernikahan. Mereka bahagia,
sangat bahagia, keluarga mereka pun begitu, teman-teman mereka, sahabat mereka,
semua orang berbahagia karena mereka akan menikah.
Perempuan yang beruntung ini bernama Bella. Ia tidak tinggi
karena itu kekasihnya sering menyebutnya imut dan menyebutnya manis, bukan
cantik. Karena Bella tidak begitu cantik. Ia memiliki rambut yang indah
bergelombang dan berwarna hitam gelap. Bella selalu memanjangkan rambutnya
hingga menyentuh pinggang tidak pernah memotongnya lebih pendek dari itu.
Kekasih Bella bernama Reagan. Bella biasa memanggilnya Rea. Laki-laki
tampan yang jauh lebih tinggi dari Bella. Jika mereka berdiri berdua dan
bergandengan tangan Bella hanya setinggi dagunya. Reagan memiliki rambut
berwarna hitam gelap yang selalu dipotong pendek tapi tampak acak-acakan karena
Bella menyukai Reagan tampil seperti itu. Tidak seperti Reagan yang berkulit
putih, kulit Bella berwarna sawo matang. Tidak seperti Reagan yang berhidung
mancung Bella berhidung pesek tapi memiliki senyum yang manis dan hal itu yang
membuat Reagan terpesona dipertemuan mereka pertama kali.
Ketika Bella tertawa
entah menertawakan lelucon apa tapi seolah orang-orang disekitar Bella menjadi
hitam putih di mata Reagan dan hanya Bella yang berwarna.
Jatuh cinta pada pandangan pertama?
Tentu saja.
Bella pun sebenarnya begitu, ia pertama kali melihat Reagan
dalam sebuah perlombaan olahraga di sekolahnya. Kalian pasti berpikir dia
pemain basket atau sepak bola yang tampak cemerlang di lapangan kan? Coret
bayangan kalian.
Dia hanya duduk di pinggir lapangan dengan sebuah kamera
sibuk membidik ke sana kemari. Disitu Bella jatuh cinta padanya.
Lalu apa yang menghalangi cinta dua sejoli yang tampak
sempurna ini?
Bella yang manis dan imut serta Reagan yang tampan.
Mereka dihalangi oleh takdir.
Ehem—
Sebuah kecelakaan terjadi. Antara mobil yang dikendarai
Reagan dan Bella sebagai penumpang dengan sebuah truk yang disupiri oleh
seorang supir yang mengantuk karena tidak berhenti untuk ngopi seperti
supir-supir lainnya.
Apa salah satu dari mereka meninggal?
Tidak.
Mereka berdua selamat. Sayang—
Bella kehilangan ingatannya dan Reagan buta.
Bella bangun dan bertanya siapa dirinya.
Reagan bangun dalam kegelapan.
Ibu Bella menangis. Menangisi kenyataan bahwa ia harus
mengenalkan diri pada anaknya seperti orang asing. Mengenalkan suaminya. Mengenalkan
keluarganya yang juga keluarga Bella seperti orang asing.
Ibu Reagan menangis. Menangisi kenyataan bahwa anaknya tidak
secemerlang dulu dengan kekurangan yang dimilikinya sekarang. Tidak bisa
menatap masa depan sejelas sebelumnya. Tidak bisa mengenali siapa dirinya dan harus
bertanya dulu. Siapa disana?
Reagan tenggelam dalam kesedihannya.
Bella tenggelam dalam tanda tanya yang memenuhi kepalanya.
Akhirnya keluarga memilih untuk memutuskan pertunangan. Karena
sakit hati. Karena tidak terima kenapa anak mereka harus berakhir seperti ini.
Bella pindah ke luar kota untuk belajar dari awal. Bersama
keluarganya.
Reagan tetap dikotanya untuk belajar hidup dalam kegelapan.
Bersama keluarganya.
Sebelum Bella pindah Reagan selalu bertanya. Kemana Bella,
apa yang terjadi pada Bella, bagaimana keadaan Bella. Tapi orangtuanya tak
pernah menjawab dan ia akan meraih apapun diatas meja melemparnya ke segala
arah, entah itu mengenai keluarganya atau tidak tapi ia berusaha melepas
amarah. Ia berteriak begitu keras lalu menutup matanya. Hendak menangis pun ia
tidak bisa karena air mata tak akan mengembalikan penglihatannya.
Hingga kemudian seorang temannya datang dan menjawab semua
pertanyaan Reagan tentang apa yang terjadi pada Bella dan bagaimana keadaannya.
“Bella baik-baik saja. Ia hanya kehilangan ingatannya. Kau
sangat tidak beruntung kawan.”
Reagan tau temannya itu tidak menjelaskan dimana keberadaan
Bella karena Bella sudah pergi, Reagan pun tak sanggup menanyakan kemana
kekasihnya pergi karena ia merasa tidak pantas untuk mengikat Bella kembali
dengan keadaan yang seperti ini, ia tidak sanggup mencegah Bella pergi.
Singkat cerita 3 tahun berlalu.
3 tahun adalah waktu yang singkat dalam sebuah cerita tapi
bukan waktu yang singkat bagi Bella ataupun Reagan.
Bella sudah bekerja di kota yang ditinggalinya sebagai
seorang pekerja sosial. Memang tidak bisa disebut pekerjaan utama tapi ia tetap
bisa menghasilkan uang melalui butik kecil yang diwariskan ibunya padanya. Ia
sudah bertunangan dengan seorang lelaki yang tampan, baik dan kaya yang
dipilihkan oleh orangtuanya, karena Bella masih belum bisa mengingat apapun dan
siapapun kecuali sesuatu yang dijelaskan padanya sejak 3 tahun lalu sampai yang
terus ia alami saat ini. Jelas ia tidak bisa memilih pendamping dengan
mudahnya.
Dan orangtuanya tidak pernah menyebut nama Reagan dan nama Reagan
tidak pernah disebut lagi dalam kehidupan Bella yang baru.
Lalu bagaimana dengan Reagan yang sudah menjadi buta?
Dia hidup bahagia juga dengan caranya sendiri, menjadi
pemilik sebuah perusahaan penerbitan sekaligus percetakan yang selain
memproduksi buku untuk orang normal juga memproduksi buku untuk orang-orang
sepertiya. Ia bahagia karena bisa membuktikan bahwa ia berhasil dengan
kekurangan yang dimilikinya tapi ia juga sedih karena masih belum menemukan
seseorang yang melengkapinya seperti yang dilakukan Bella.
Kalau kuakhiri cerita disini apakah sudah pantas disebut
akhir yang bahagia? Bella berbahagia dengan kegiatan sosial yang ia jalani dan
Reagan bahagia dengan perusahaan miliknya.
Belum? Benar-benar belum?
Hari itu terik sekali. Reagan berjalan dengan tongkat
ditangannya. Menyusuri jalanan yang sudah ia hapal di luar kepala,
lubang-lubangnya, tinggi rendahnya, hingga ia tidak perlu terjatuh dan
membutuhkan bantuan orang lain yang merasa iba padanya.
Bella ada di sisi jalan yang sama. Hari ini ia hanya
berkunjung ke kota yang terasa sangat familiar di matanya hingga ia tidak
tersesat ketika berada di tempat ini seperti ia tersesat di kota-kota lain yang
baru ia kunjungi. Padahal seingatnya ini adalah kali pertama ia berkunjung.
Bella dan Reagan berpapasan.
Seperti dalam adegan-adegan di film mereka melewatkan
kehadiran satu sama lain.
Tapi Bella berhenti dan berbalik. Ia menatap punggung orang
yang baru saja dilewatinya. Sosok itu terasa familiar hingga jantungnya
berdetak begitu kencang, ia merasakan perasaan yang tak bisa dijelaskannya
seperti sebuah kerinduan. Bella yakin. Hingga tanpa ia sadari ia menyentuh
dadanya dan merasakan bagaimana jantungnya masih berdebar dengan cepat.
Bunyi handphone menghancurkan lamunannya dan dengan terpaksa
ia berjalan dengan cepat meninggalkan perasaan aneh yang dirasakannya tadi.
Lalu Reagan. Reagan hanya berhenti tapi tak berbalik. Karena
berbalik pun dirasa percuma baginya. Ia mencium sesuatu yang sangat dikenalnya.
Seperti bau parfum yang begitu khas dan tidak pernah hilang dari pikirannya
sejak 3 tahun lalu. Reagan mengenali bau itu tapi ia tidak bisa meyakinkan diri
bahwa orang itu adalah orang yang sangat dirindukannya sejak 3 tahun lalu. Jadi
ia memilih melanjutkan perjalanannya. Melupakan rasa rindu yang meluap
tiba-tiba.
Mereka dipertemukan kembali. Ketika tempat kerja sosial
Bella membutuhkan kerja sama dengan perusahaan Reagan yang memproduksi buku
Braille dalam jumlah besar. Hari itu mereka bertemu dalam sebuah rapat. Bella
sempat heran kenapa seseorang yang memiliki perusahaan sebesar ini adalah
seseorang yang tidak bisa melihat. Lalu Bella memperhatikan penampilan Reagan,
wajahnya, gerak tubuhnya, sepertinya orang itu adalah orang yang begitu familiar
di matanya dan terus menimbulkan detak yang tak teratur pada jantungnya. Ia
merasakan rindu yang meluap begitu saja tapi tak mengerti karena apa.
Reagan pun begitu. Ia merasakan bau yang asing di ruangan
itu tapi begitu familiar di ingatannya. Ia ingat hanya Bella yang memiliki bau
seperti ini, bukan karena parfum semata tapi karena itu Bella. Dan suara
perempuan itu terdengar begitu menggelitik telinganya membangkitkan kenangan
lamanya.
Reagan tahu nama perempuan itu Bella. Seharusnya dugaannya
benar hingga kemudian ia bertanya pada salah satu karyawan yang tak lain adalah
temannya ketika SMA yang mengenal dirinya dan juga Bella.
“Apa dia Bella?”
Temannya itu ragu. Meragu karena takut hati Reagan terluka.
Bella tampak baik-baik saja dan tidak mengenali mereka.
“Benar dia Bella.”
Reagan hendak mengejarnya tetapi temannya itu mencegah
Reagan. “Apa yang akan kau lakukan. Kau tidak mungkin mengaku begitu saja
sebagai mantan tunangan Bella. Dia sudah bahagia Reagan. Bahagia tanpamu.”
Kata-kata temannya seperti tinju, membuatnya terduduk dan
membiarkan sosok Bella itu pergi bersama pertanyaan yang menghantui pikiran
perempuan itu tentang siapa Reagan dalam hidupnya. Mungkin dalam masa lalunya.
Ia bertanya pada ibunya. Ibunya hanya diam dan enggan
menjawab.
Bella mencari tahu dan menemukan kenyataan bahwa ia dan Reagan
pernah bertunangan dan keluarganya menyembunyikan semuanya. Bella marah dan
kecewa terhadap orangtuanya, tapi menghadapi ibunya yang menangis dan ayahnya
yang tampak sedih ia tidak sanggup menyalahkan kedua orangtuanya sepenuhnya, ia
tidak bisa begitu saja menganggap bahwa orangtuanyalah penjahat dalam
kehidupannya.
Sementara Reagan begitu kalut. Kalut dengan perasaannya
sendiri. Ia begitu merindukan Bella hingga rasanya dadanya begitu sesak oleh
rasa sakit karena kerinduan yang tak tersampaikan lalu ia merasakan lagi
kehadiran Bella dan ia tidak bisa berbuat apa-apa. Seperti orang tolol ia hanya
bisa berpura-pura tidak tahu.
Lalu di pertemuan mereka yang selanjutnya Bella bersikap
biasa saja begitu juga Reagan walaupun di dalam diri mereka masing-masing dada
mereka terasa sesak dan ingin sekali memeluk satu sama lain. Tapi apa daya, Reagan
meragu, begitu juga Bella, mereka ragu apakah mereka harus mengembalikan
perasaan yang tidak pernah hilang ini.
Hingga suatu hari, bukan dalam sebuah pertemuan resmi,
takdir mempertemukan mereka di sebuah taman. Reagan sedang duduk di sebuah bangku
panjang dan Bella baru saja tiba di taman itu, melihat sosok dengan rambut
berantakan yang tertiup angin, berkaos hitam dan bercelana jeans tampak
memandang ke depan, walaupun Bella tahu laki-laki itu tak bisa melihat apapun.
Bella memelankan langkahnya, duduk disamping Reagan tanpa
bertanya, diam-diam memandangi wajah laki-laki itu dan merasakan degup jantung
yang begitu kencang di dadanya dan seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di
perutnya. Ia tidak bisa mengulang momen apapun dalam ingatannya tapi kehadiran
laki-laki ini sudah membuat ia merasa kalau ia pernah punya masa-masa indah
bersamanya.
Reagan tahu ada seseorang yang duduk disebelahnya. Dan
perasaannya mengatakan orang itu Bella. Ia tidak bisa memastikan dengan jelas
karena orang itu tidak bersuara. Ia hanya berharap dugaannya tak salah.
“Apa kau sedang memandangiku?”
Bella tergagap. Terkejut.
“Kau tahu? Bagaimana caranya?
Reagan hanya tersenyum. “Feeling.”
Bella pun ikut tersenyum lalu menggeser posisinya
memperhatikan keramaian taman pagi itu bersama dengan Reagan yang walaupun
tidak bisa melihat tapi bisa mendengar tawa dan canda yang terdengar saat ini.
“Apa kita pernah saling mengenal sebelum ini?” tanya Bella
memastikan. Hanya ingin mendengarnya langsung dari mulut Reagan.
“Pernah.”
“Benarkah?”
“Bahkan aku pernah mencintaimu.”
Bella terkejut. Rasanya dadanya sesak dan air matanya
menetes tanpa disadari. Sebutlah ia melankolis tapi menemukan seseorang yang
kau rindukan tiap malam tanpa kau tahu siapa orang itu adalah sebuah momen yang
benar-benar membuat dirinya merasakan kebahagiaan yang begitu besar.
Reagan mendengar isak pelan Bella. Ia menggeser posisinya
hingga bisa berhadapan dengan perempuan itu. Memeluknya dan merasakan memori
yang telah hilang 3 tahun lalu. Bersama perempuan itu ia merasa lengkap. Benar-benar
lengkap sampai rasanya ia tidak yakin mau melepaskan perempuan ini karena
apapun.
“Bukan pernah.Tapi masih. Aku masih mencintaimu.”
Bella semakin tidak bisa menahan tangisnya. Ia menutup mulutnya
dan air matanya tumpah begitu saja seperti tak terbendung lagi.
Lalu bagaimana? Apa ini akhirnya?
Bukan. Ini bukan akhirnya.
Mereka bertemu lagi keesokan harinya. Mata Bella sudah tidak
sembab lagi karena ia mengompresnya semalaman. Dan Reagan tampak baik-baik
saja. Akhirnya perusahaan Reagan sepakat akan membantu tempat sosial dimana
Bella bekerja.
Pertemuan mereka setelah ini tidak diperlukan lagi.
Bella mengucapkan salam perpisahan dan berterimakasih pada
Reagan.
Berterimakasih atas segala perasaan yang dicurahkan padanya.
Berterimakasih atas penantian yang dilakukannya. Berterimakasih atas segalanya
dan memintanya untuk hidup bahagia.
Beberapa bulan kemudian Reagan dikirimi sebuah surat
undangan dalam tulisan braile sehingga ia bisa membaca sendiri nama yang
tertuliskan disana.
Bella dan Abyan.
Takdir memisahkan mereka dua kali. Setidaknya mereka
dipisahkan secara baik-baik pada akhirnya.
Takdir memutuskan bukan Bella yang bersama Reagan dan bukan Reagan
yang bersama Bella.
Itu akhirnya.
Itu akhir cerita ini.
3 komentar :
Hai, long time no comment. Read this on my birthday, what a beautiful 'present' for me..hahaha... :D
Sudut pandang yang menarik, tapi si narator kok kayaknya agak sinis gitu ya? No problem sih buatku..
Tentang ceritanya sih..awwesome! :D Mungkin sedikit mengingatkan bahwa memori dan penglihatan itu dua hal yang sangat penting dalam cinta. Dapat idenya dari mana ya, bagus banget sih. :)
Maybe one of your best. I love it!
3/phi
@chococyanide
Halooo~ Anggap saja ini hadiah ulangtahunmu hahahha.
Masak sih keliatan sinis? Dibagian mananya? ._.
Dapat ide dari mana ya? Ide selalu muncul begitu saja :D
Aku malah gak kepikiran kalau memori dan penglihatan adalah hal yang penting dari cinta .____.
Thankyouuu keep reading
*sigh
untung Bella ga jadinya sama jacob..
jadi dia ga kecewa.
Posting Komentar