Minggu, 09 September 2012

Pandora



Ada sebuah penemuan hebat di abad ini. Ketika para penemu mulai mengintervensi emosi manusia, bukan hanya melalui obat-obatan ataupun terapi, tapi melalui sebuah alat yang mereka sebut Pandora. Terinspirasi dari legenda kotak Pandora, alat ini memiliki kemampuan untuk menyimpan emosi-emosi negatif pada diri manusia.

Cara kerjanya, rumit. Sulit untuk menjelaskannya. Tapi seiring dengan gembar-gembor media yang memberitakan kehebatan Pandora, masyarakat mulai tertarik dengan keberadaan penemuan baru itu. Menunggu dengan rasa penasaran berlimpah, menunggu Pandora mulai dijual bebas dan bisa mereka buktikan kehebatannya.

Ketika hari yang dinanti sudah tiba orang-orang berbondong-bondong mengantri, panjang sekali, hingga menyentuh ujung kota. Orang-orang biasa yang penasaran dengan alat tersebut, para penjahat yang ingin bertobat, para anak muda yang takut dengan kelabilan mereka, para atasan yang ingin tampil berwibawa karena mampu mengendalikan emosi, anak buah yang tidak ingin sibuk menahan emosi karena kelakuan atasan mereka, dan banyak lagi.

Tapi tidak semua orang mengantri hari itu. Para pejabat memilih untuk tetap di kursi empuk mereka, tidak perlu mengantri, bahkan mereka diberikan gratis. Karena jelas, bagi mereka itu sudah seperti hak bagi mereka sekaligus kewajiban bagi sang penemu. Jadi mereka tinggal menjetikkan jari dan seorang wakil dari kelompok penemu akan membawakan Pandora kepada mereka.

Sebenarnya, bagaimana bentuk Pandora? 

Pada awalnya menyerupai sebuah kalung anjing yang melekat pada leher. Kemudian seiring dengan waktu, berkembang menjadi gelang, cincin, dan aksesoris yang tidak mencerminkan bahwa benda itu adalah sebuah penemuan hebat abad ini.

Beberapa bulan setelah penggunaan Pandora. Angka kejahatan menurun drastis. Tidak ada pembunuhan, tidak ada perkelahian, perampokan, pemerkosaan, dan segala kejahatan yang biasanya mengisi halaman koran pagi. Masyarakat kota tampak cerah ceria wajahnya, berseri-seri, menyapa satu sama lain, tak ada amarah, kesombongan, iri hati, ataupun emosi-emosi negatif lainnya.

Kehidupan di kota itu begitu damai seiring dengan peningkatan penggunaan Pandora. Para pejabat jelas senang, mereka tidak perlu mengurusi kriminalitas kecil-kecilan atau kemarahan rakyatnya mereka tinggal mengurus jalannya pemerintahan tanpa terganggu oleh protes sana-sini karena angka kriminalitas yang tinggi.

Tapi tetap saja ada beberapa orang miskin yang tidak sanggup membeli Pandora dan tetap membutuhkan uang untuk bertahan hidup, ada beberapa pencurian yang terjadi, hanya pencurian kecil tapi mampu membuat heboh seisi kota, menjadi headline, menjadi hot news selama beberapa hari. Dan gangguan kecil itu jelas mengganggu bagi para pejabat, karena itu mereka menetapkan kebijakan baru. Semua orang akan diberi Pandora gratis dan diwajibkan untuk memakainya.

Setelah kebijakan itu, angka kejahatan menurun drastis. Bahkan nol. Para pejabat senang sekali. Sekarang mereka bisa benar-benar tenang.

Sementara itu, tanpa emosi-emosi negatif, kehidupan kota mulai terasa ganjil. Tak ada yang menangis walaupun anggota keluarga mereka meninggal, tidak ada yang marah walaupun seekor anjing memakan ayam peliharaan mereka, tidak ada yang kecewa walaupun rencana mereka tidak berjalan lancar, tidak ada yang khawatir atas apa yang akan terjadi esok, tidak ada yang takut walaupun terjebak dalam ruangan gelap yang terkunci rapat, tidak ada yang mengeluh ketika mengalami kesulitan. Tidak ada yang takut, sedih, marah, iri, dendam apalagi stres. Mereka semua tampak damai, tampak tenang-tenang saja, bahagia.

Kalaupun terjadi sesuatu yang tidak mengenakkan, Pandora akan menyerap semua emosi negatif dan membuatnya terasa datar-datar saja. Sehingga kadang bisa ditemukan beberapa orang yang berjalan tanpa ekspresi, menanggapi sesuatu hanya dengan oh panjang, dan orang-orang pun merasa wajar karenannya, mereka tidak tersinggung, karena Pandora dengan cepat menyerap emosi itu.

Lalu apa masalahnya?

Masalah pertama adalah para pejabat mulai berbuat curang. Atau sejak awal mereka memang sudah merencanakan kecurangan, sejak Pandora di gagaskan, sejak Pandora disebarkan, mereka sudah membuat rencana.

Ketika emosi negatif masyarakat terserap maka mereka tidak memiliki rasa curiga, tidak ada kemarahan, tidak akan ada protes apapun walaupun para pejabat mulai memperkaya diri mereka sendiri. Berbuat kotor. Kenyataannya mereka memiliki pikiran kotor karena emosi negatif dan mereka tidak menggunakan Pandora, jadi tidak ada yang menyerap emosi-emosi itu.

Korupsi mulai merajalela. Pejabat mulai seenaknya mencampur adukkan harta mereka dengan pajak. Mulai mengambil uang yang bukan hak mereka, membuat miskin kota tanpa perlu takut masyarakat menegur mereka, menjatuhkan jabatan mereka. Karena setiap kali masyarakat tahu perbuatan kotor mereka. Pandora menghisap kemarahan mereka tak bersisa. Meninggalkan ekspresi kosong.

Kemudian semua itu berlanjut terus berlanjut.

Lalu kenapa tak ada seorangpun yang melepaskan Pandora milik mereka?

Pandora di setting melekat. Tak bisa dilepas. Kecuali oleh para penemu yang menemukan Pandora. Sedangkan para penemu sudah menghilang entah kemana setelah protes mereka kepada para pejabat hanya didengarkan tak ditanggapi.

Dan apa masalah kedua nya?

Bayangkan saja. sebuah kotak yang diisi penuh oleh sesuatu, pasti meluap. Sekuat apapun tutupnya, setebal apapun kotaknya, secanggih apapun gemboknya. Seperti itulah Pandora, para penemu yang pergi jauh, sengaja tidak memberitahu para pejabat setelah peringatan mereka tidak dihiraukan. Biarkan saja kota ini hancur katanya. Biarkan saja Pandora melakukan tugasnya seperti yang dilakukannya di masa legenda dulu.

Jika dalam legenda, ketika Pandora membuka kotak yang dilarang dibukanya dan melepaskan teror ke dunia berupa masa tua, rasa sakit, kegilaan, wabah penyakit , keserakahan, pencurian, dusta dan cemburu masih ada harapan yang tersisa di dalam kotak itu. Berbeda dengan Pandora yang satu ini, yang diciptakan oleh manusia untuk menyerap emosinya sendiri. Tidak akan tersisa harapan, karena Pandora memang hanya menyerap emosi negatif. Kalaupun ia meledak jelas hanya mengeluarkan emosi negatif itu sendiri.

10 tahun berlalu. Pandora melakukan tugasnya dengan baik. Pejabat memperkaya diri mereka sendiri. Rakyat sibuk bertahan hidup di kotanya yang miskin tanpa mengeluh, walaupun hidup tanpa ekspresi karena mereka tidak menemukan emosi postif sekalipun sementara emosi negatif terserap begitu saja.

Kemudian ketika Pandora mencapai klimaksnya, sebuah kejadian mengubah kota itu selamanya.

Satu persatu Pandora terlepas begitu saja,  entah itu yang berupa kalung, cincin, gelang, anting. Pandora, apapun bentuknya jatuh ke tanah secara bersamaan lalu mengeluarkan asap beraneka warna, merah, hitam, coklat, abu-abu, memenuhi seisi kota. Bersamaan dengan suara mengerikan yang terdengar. Kemudian seisi kota heboh, bukan heboh saja, lebih tepatnya kacau. Seorang laki-laki menusukkan pisau ke temannya, seorang perempuan mencakar wajah perempuan lain, anak-anak kecil berkejar-kejaran tidak karuan, sepasang suami isteri saling memaki, seorang laki-laki mencekram seorang perempuan dan memperkosanya dijalanan, sumpah serapah menguap di udara, tangisan terdengar seperti sirene, jeritan ketakutan, tembakan senjata, kendaraan yang menabrak sembarangan, semua kacau, kacau, kacau.

Tak ada yang terkendali.

Para pejabat di gedung pemerintahan di tengah kota, mulai panik. Mereka memang tidak terkena asap aneh yang memenuhi seluruh kota, tapi gedoran pintu berkali-kali terdengar dan membuat mereka merinding ketakutan.

Mereka akan terbunuh. Oleh emosi lama yang terpendam. Menguap di udara.

2 komentar :

chococyanide at: 9 September 2012 pukul 19.29 mengatakan... Reply

Idenya keren. Kebayang juga gimana seremnya kalo emang bener2 ada alat kayak gitu... :S

Tapi rasanya kurang dramatis nes..misalnya, gimana situasi pas Pandora pertama lepas, soalnya itu kan bisa jadi trigger untuk Pandora2 lainnya ikut lepas, karena satu orang yang ga pake Pandora pasti akan melampiaskan kegilaannya ke orang lain, dan perasaan negatif orang lain makin besar, kemudian Pandoranya ikut lepas, et cetera, et cetera... (sori kepanjangan..hehe)

Trus juga endingnya mungkin lebih enak kalo sedikit dipanjangin, nyeritain gimana para pejabat dihabisi sama rakyat yang mengamuk... (obsesi sama film2 yang agak gruesome gitu..hehe)

Pemilihan kata juga ada yang perlu diperbaiki. Misal:
"Lalu kenapa masyarakat tidak melepaskan..."
mungkin lebih enak diganti:
"Lalu kenapa tak ada seorangpun yang melepaskan..."
gitu deh menurut saya

Sedikit quote tentang si pemerintah dan pejabat di cerita ini:
"Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely." (Lord Acton)

Vanessa Praditasari at: 9 September 2012 pukul 19.42 mengatakan... Reply

Bener... kurang dramatis. Tapi masalah deskripsi ending yang pasti bakal penuh darah itu aku gak punya kemampuan buat gambarin hal-hal kayak gitu, gak sanggup~ hahahaha

Masalah kata yang kurang pas. Makasih koreksinyaaaa~ sangat membantu :))

Thanks buat komennya cho :3

Posting Komentar

Beo Terbang