Selasa, 16 April 2013

Usang



Ada sebuah buku usang diatas lemari kayu yang telah reot, termakan usia dan debu, di tinggali laba-laba dan tikus. Yang halamannya terbuka tepat di tengah, hingga terlihat benang pengikat setiap halamannya yang berwarna cokelat kusam karena debu. Buku usang telah tinggal lama, dalam keadaan yang sama ketika seekor laba-laba merajut benang diatasnya beberapa hari lalu, ketika seekor tikus merusaknya meninggalkan bulatan pipih berwarna hitam di atas kertas buku yang berwarna kecoklatan.

Bulatan pipih berwarna hitam itu masih disana, ketika seekor tikus datang lagi dan menyingkirkannya menyisakan bekas yang sulit dihilangkan oleh penghuni gudang, lalu datang seekor laba-laba kembali merajut diatas buku, mungkin sekaligus membaca tulisan bertinta hitam yang tercetak di buku.

Tak ada yang spesial dari buku usang itu selain halamannya yang terbuka tepat di tengah.,kertasnya yang berwarna kecoklatan karena debu, tulisan bertinta hitam yang menceritakan sebuah kisah. Tak ada cacat disana, tulisannya masih bisa terbaca jelas, tak ada sobekan yang berarti, tikuspun tak berminat untuk mengasah gigi di setiap halamannya.

Buku itu masih disana, hingga hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun. Halamannya tak berubah masih terbuka di tengah, masih memiliki bekas berwarna cokelat tua tempat tikus meninggalkan kenang-kenangan, masih berdebu, tulisannya masih bertinta hitam, letaknya masih sama, diatas lemari reot terbuat dari kayu.

Kemudian seseorang masuk ke dalam gudang, beres-beres katanya. Tangannya meraih segala hal yang menurutnya menarik, matanya lebih cepat menangkap buku daripada tikus yang melewatinya, tapi ia tidak berhasil menemukan buku usang diatas lemari, belum sanggup ia menggapai benda apapun dari sana. Ketika orang itu pergi menyenandungkan sebuah lagu dengan tangan penuh buku-buku yang berserakan dibawah lemari, buku usang itu masih berada di tempat yang sama, terbuka di halaman yang sama.

Ketika jendela gudang terbuka karena angin yang kencang, buku terkena percikan air hujan, debunya menghilang dibeberapa bagian sekaligus meninggalkan bekas bentol-bentol karena basah. Jendela gudang tak kunjung benar juga, buku usang terkena percikan air setiap hujan turun, tulisan diatas kertas mulai tak terbaca tergantikan dengan garis-garis panjang berwarna hitam, halamannya pun sudah tak di tengah lagi, angin meniupnya, tanpa menutup halaman buku.

Buku usang masih disana ketika seseorang datang memperbaiki jendela, tapi orang itu mengabaikannya, sama seperti mengabaikan cicit anak tikus di dalam lemari, dia datang dan keluar tanpa menyentuh benda apapun didalam gudang, buku usang masih disana terlindung dari hujan.

Buku usang melalui hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun bersama dengan penghuni gudang lain, ketika seseorang datang dan memindahkan lemari kayu reot. Meninggalkan buku usang di lantai yang dingin dan berdebu. Tampak sampul depannya, buku usang telah menutup halamannya.  


1 komentar :

Ilham Sasmita at: 26 September 2013 pukul 07.38 mengatakan... Reply

hingga pada suatu hari seorang anak kecil yang pemurung menemukan buku itu. memang buku itu sudah tidak layak untuk diambil. tapi dia tetaap mengambilnya. seperti ada daya magis yang menariknya. dia tak suka dengan baunya. bau pipis tikus. hampir sama baunya seperti saat anak-anak kelas lain yang mengencinginya di belakang sekolah. mengingat semua itu membuat dadanya sesak. dia pun mengambil pena dalam tas sekolahnya dan mulai menuliskan satu persatu nama anak yang pernah mengganggunya.

ruda, dafu, sonobo. semua dia tulis lengkap. dengan seluruh ciri fisiknya. dia pun menuliskan dendam dalam buku itu. ditulisnya bagaimana dia ingin mereka mati satu persatu.

esoknya dadanya sedikit lega, senyum tersungging di bibirnya. ada berita di sekolah. satu persatu anak nakal itu meninggal sesuai yang ia tuliskan di buku itu.

tetretetetteeteteteeereeett - playing OST Death Note

Posting Komentar

Beo Terbang